BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ekologi
sangat erat kaitannya dengan lingkungan, makhluk hidup dan hubungan diantara
keduanya. Kelahiran, kematian yang silih berganti di suatu kehidupan menandakan
keberadaan ilmu ekologi. Dimulai dari pengabsorsian tumbuhan (biotik) dari
dalam tanah (abiotik) hingga berubah menjadi substansi energi, diikuti dengan
perpindahan yang terjadi hingga kembali lagi ke tanah.
Peristiwa-peristiwa
alam dan hubungan-hubungan inilah yang ada didalam kajian ilmu ekologi. Namun,
ekologi tidak dapat berdiri tanpa bantuan dari ilmu-ilmu lainnya seperti
biologi, biofisika, biokimia, seperti ilmu tanah, geologi, geomorfologi,
klimatologi ilmu lingkungan, dsb. Kontribusi ilmu-ilmu lain sangat berperan
dalam memahami konsep-konsep ekologi karena dengan mempelajarinya, seseorang
akan lebih mengerti kedudukan ilmu ekologi itu sendiri.
Jika kita
telusuri, pada tahun 1230 sampai 1307 terbit buku yang berjudul OPUSRURALIUM
COMMODORUM oleh Pietro De Crecenzi, yang berisi tentang masalah-masalah
lingkungan pertanian. Terbitnya buku tersebut membuka sejarah baru di bidang
pertanian, terutama yang bersangkutan dengan masalah lingkungan tanaman, hingga
menjelma menjadi ilmu lingkungan tanaman yang lazim disebut dengan ekologi
tanaman (Hardi, 2009).
Di
Indonesia konsep ekologi sudah banyak diterapkan, baik dalam pelestarian
sumberdaya alam, perlindungan plasma nutfah, perlindungan ekosistem
mangrove hingga pengendalian dalam jumlah populasi manusia yakni dengan
program keluarga berencana. Melihat segala potensi yang dapat diraih dengan
mendalami ilmu ekologi khususnya ekologi tumbuhan menandakan begitu pentingnya
konsep dasar ekologi untuk disebarluaskan ke segenap lapisan masyarakat.
Oleh karena
itu, konsep dasar ilmu ekologi dan penerapannya sangat penting itu untuk
dipelajari. Dengan mengaplikasikannya ke dunia nyata, hal-hal seperti global
warming, pembalakan liar yang terjadi di negara ini pun dapat teratasi jika ada
reaksi positif dari masyarakat.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apakah konsep dan tujuan mempelajari ekologi tumbuhan?
1.2.2
Bagaimanakah sejarah dan perkembangan ekologi tumbuhan?
1.2.3
Bagaimanakah pendekatan ekologi tumbuhan secara autekologi dan sinekologi?
1.2.4
Apakah manfaat dan aspek terapan ekologi di bidang pertanian, kehutanan,
wilayah perkotaan,perairan
1.3
Tujuan
1.3.1
Menjelaskan pengertian dan tujuan mempelajari ekologi tumbuhan
1.3.2
Menjelaskan sejarah dan perkembangan ekologi tumbuhan
1.3.3
Menjelaskan pendekatan ekologi tumbuhan secara autekologi dan sinekologi
1.3.4
Menjelaskan manfaat dan aspek terapan ekologi di bidang pertanian, kehutanan,
wilayah perkotaan, perairan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep
Ekologi Tumbuhan
2.1.1 Konsep
Ekologi
Menurut
Ernest Haeckel (1869). Ekologi berasal dari bahasa Yunani “Oikos” (rumah
tangga) dan “logos” (ilmu). Secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang rumah
tangga makhluk hidup. Berikut ini ada beberapa definisi mengenai konsep ekologi
diantaranya :
- Ilmu tentang makhluk hidup dalam rumahnya atau ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup.
- Ilmu pengetahuan tentang hubungan antara organisme dan lingkungan.
- Ilmu yang mencoba mempelajari hubungan antara tumbuhan, binatang dan manusia denganlingkungan dimana mereka hidup, bagaimana kehidupannya dan mengapa mereka ada di situ.
- Secara harfiah, ekologi adalah pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok organisme terhadap lingkungannya.
- Menurut Odum dan Cox (1971), ekologi adalah suatu studi yang mempelajari struktur dan fungsi ekosistem atau alam dimana manusia adalah bagian dari alam. Struktur mencirikan keadaan sistem tersebut. Fungsi menggambarkan hubungan sebab akibatnya. Jadi pokok utama ekologi adalah mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di alam.
- Pada dasarnya, ekologi adalah ilmu dasar yang tidak mempraktekkan sesuatunya tempat mempertanyakan dan menyelidik, berkaitan dengan berbagaiilmu pengetahuan yang relevan dengan kehidupan (peradaban) manusia.
- Seorang yang belajar ekologi sebenarnya bertanya tentang berbagai hal, sbb. :
- Bagaimana alam bekerja
- Bagaimana suatu species beradaptasi dalam habitatnya
- Apa yang mereka perlukan dari habitatnya itu untuk dapatdimanfaatkan guna kelangsungan hidupnya
- Bagaimana mereka mencukupi kebutuhannya akan unsur hara(materi) dan energi
- Bagaimana mereka berinteraksi dengan spesies lainnya
- Bagaimana individu-individu dalam spesies itu diatur dan berfungsi sebagai populasi
- Ekologi merupakan disiplin ilmu baru dari biologi yang merupakan matarantai fisik dan proses biologi serta bentuk-bentuk yang menjembatani antara ilmu alam dan ilmu sosial (Odum, 1983).
2.1.2 Konsep
Ekologi Tumbuhan
Ekologi
tumbuhan mengandung dua pengertian, yaitu ekologi sebagai ilmu dan tumbuhan
sebagai obyek. Ekologi berasal dari kata eikos = rumah, dan logos =
ilmu.Ekologi tumbuhan yaitu ilmu yang membicarakan tentang spektrum hubungan
timbal balik yang terdapat antara tumbuhan dengan lingkungannya serta antara
kelompok-kelompok tumbuhan.
Dalam hal ini
penting disadari bahwa tumbuhan tidak terdapat sebagai individu atau kelompok
individu yang terisolasi. Semua tumbuhan berinteraksi satu sama lain dengan
lingkungan sejenisnya, dengan tumbuhan lain dan dengan lingkungan fisik tempat
hidupnya.Dalam proses interaksi ini, tumbuhan saling mempengaruhi satu dengan
lainnya dan dengan lingkungan sekitarnya, begitu pula berbagai faktor
lingkungan mempengaruhi kegiatan hidupnya. Ciri khas ekologi tumbuhan (plant
ecology), adalah tumbuhan dapat mengubah energi kimia menjadi energi potensial
dan mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik (Tambunan,tanpa tahun).
2.1.3 Tujuan
Mempelajari Ekologi Tumbuhan
Pelajaran
mengenai lingkungan hidup organisme sudah dipelajari sebelum kata ekologi itu
sendiri diperkenalkan oleh ahlinya. Nenek moyang kita pada jaman dahulu telah
berupaya untuk memelihara lingkungan, yang terbukti dari beberapa mitos yang
muncul seperti ”jangan menebang pohon yang rindang karena ada penghuninya”. Ini
adalah salah satu upaya mereka untuk memelihara ketersediaan air. Mitos-mitos
mengenai pemeliharaan lingkungan ini relatif cukup banyak, karena masing-masing
suku yang ada di Indonesia memilikinya. Gambaran ini memperlihatkan bahwa
manusia merupakan organisma yang memiliki kekekuatan penuh yang mempengaruhi
lingkungan dan sebaliknya. Pengetahuan Ekologi berkembang sejalan dengan
perkembangan peradaban manusia itu sendiri.
Sesuai
dengan firman Allah swt, dalam Qs. Al-Kahfi : 45
Tujuan
mempelajari ekologi tanaman adalah agar kita mengetahui teknik dan cara yang
tepat untuk memanfaatkan apa yang ada di dunia ini dengan sebaik-baiknya.
Karena sesungguhnya Allah telah memberi peluang kepada kita melalui hasil
ciptaannya. Namun, tentunya kita juga perlu menjaga lingkungan (hasil
ciptaannya) sebagai wujud rasa syukur kepada-Nya.
2.2 Sejarah
dan perkembangan Ekologi Tumbuhan
2.2.1
Sejarah Ekologi Tumbuhan
Sesungguhnya
sangatlah sulit untuk menelusuri kapan kajian ekologi dimulai, meskipun bila
ditinjau dari peristilahannya, telah diperkenalkan oleh seorang ekologiwan
Jerman yang bernama Ernest Haeckle (1866). Ekologi berasal dari kata Latin
“oekologie” yang berasal dari kata oikos yang berarti rumah dan logos yang
berarti kajian atau ilmu. Jadi ekologi berarti kajian organisme di habitatnya
atau di tempat hidupnya.
Menurut
Ernest Haeckle ekologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi alam,
suatu kajian hubungan anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya. Menurut
C. Elton (1927) ekologi adalah ilmu yang mengkaji sejarah alam atau perkehidupan
alam (natural history) secara ilmiah, dan menurut Andrewartha (1961) ekologi
adalah ilmu yang membahas penyebaran (distribusi) dan kemelimpahan organisme.
Sedangkan Eugene P. Odum (1983) menyatakan bahwa ekologi adalah ilmu
pengetahuan tentang struktur dan fungsi alam. Charles J. Krebs (1978)
menyatakan ekologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji interaksi-interaksi
yang menentukan penyebaran dan kemelimpahan organisme (Marlina,2010).Sekarang
definisi ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya, baik lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik. Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya, bagaimana lingkungan
mempengaruhinya, dan bagaimana makhluk hidup merespon pengaruh tersebut.
Sedangkan interaksinya dengan sesama biotik menyebabkan terjadinya simbiotik
dari berbagai makhluk hidup.
Kajian
ekologi komunitas berkembang ke dalam dua kutub, yaitu di Eropa yang dipelopori
oleh Braun-Blaunquet (1932) yang kemudian dikembangkan oleh para ahli lainnya.
Mereka tertarik untuk mempelajari komposisi, struktur, dan distribusi dari
komunitas. Kutub lainnya di Amerika, seperti Cowles (1899), Clements (1916),
dan Gleason (1926) yang mempelajari perkembangan dan dinamika komunitas
tumbuhan. Sedangkan Shelford (1913,1937), Adams (1909), dan Dice (1943) di
Amerika dan Elton di Inggris mengungkapkan hubungan timbal balik antara
tumbuhan dan hewan.Pada saat yang bersamaan perhatian terhadap dinamika
populasi juga banyak dikembangkan para ahli. Pendekatan secara teoritis dikembangkan
oleh Lotka (1925), dan Voltera (1926) menstimuli pendekatan secara eksperimen.
Pada tahun 1940-an dan 1950-an Lorenz dan Tinbergen mengembangkan konsep-konsep
tingkah laku yang bersifat instink dan agresif. Sedangkan tingkah laku sosial
dalam regulasi populasi dikembangkan oleh Wynne dan Edward (1960) secara
mendalam di Inggris.Berdasarkan penemuan-penemuan dari Darwin (1859) dan Wight
(1931) ekologi berkembang kearah kajian genetika populasi, kajian evolusi, dan
adaptasi. Leibig (1840) mengkaji pengaruh lingkungan nonbiotik terhadap
organisme, sehingga ekologi berkembang ke arah eko-klimatologi dan ekofisiologi
(Anonymous,2010)
2.2.2
Perkembangan Ekologi Tumbuhan
Ahli-ahli
ekologi tumbuhan mencoba menemukan faktor-faktor yang mendukung dan berperanan
dalam kehidupan vegetasi. Mereka terus menerus mencoba melakukan penelitian ke
arah yang lebih baik, sebagaimana ahli biologi lainnya dengan mengikuti
perkembangan kemajuan bidang kimia dan fisika, seperti ditemukannya DNA, ikatan
hidrogen dan partikel sub atom dan lain-lain. Manusia selalu berusaha untuk
mengetahui hasil penemuan yang sudah ada, dan dalam rangka untuk menggali
penemuan yang akan datang. Ahli ekologi tumbuhan sangat berkeinginan untuk
mengetahui hubungan yang lengkap antara tumbuhan yang satu dengan yang lainnya
dan dengan lingkungannya.
Secara lebih
mendasar, ekologiwan tumbuhan ingin menjawab beberapa perta-nyaan seperti;
Bagaimana tumbuhan mengatasi masalah dispersal, perke-cambahan pada tempat yang
cocok, kompetisi, nutrien dan pembebasan energi? Bagaimana tumbuhan dapat
bertahan terhadap keadaan yang kurang baik atau yang membahayakan, seperti api,
banjir, kemarau panjang dan lain-lain? Bagaimana tumbuhan dapat menjelaskan
keberadaannya, kekuatan tumbuh dan jumlahnya pada masa yang lalu, sekarang dan
masa yang akan datang pada habitat mereka?. Dengan mengembangkan pertanyaan
tersebut di atas, maka banyak sekali informasi yang bisa digali dari hubungan
sesama tumbuhan dan dengan lingkungannnya. Ada ekologiwan yang tertarik kepada
masalah-masalah yang bersifat mendasar dalam melakukan deskripsi vegetasi,
tetapi ada juga ekologiwan yang yang tertarik pada masalah penerapan informasi
dasar tersebut, sehingga memunculkan ekologi terapan.
Ekologiwan
tumbuhan terapan banyak dikenal sebagai manajer penggembalaan ternak, rimbawan
atau agronomiwan. Mereka berusaha untuk mengetahui bagaimana tumbuhan
beradaptasi dengan lingkungannya, Sehingga tumbuhan tersebut dapat tetap berada
pada habitatnya.
Peletak
dasar ekologi tumbuhan adalah Friedrich Heinrich Alexander von Humbolt
(1769-1859) ahli botani. Ia banyak meneliti tentang botani, dan memperkenalkan
term assosiasi, fisiognomi, hubungan antara distribusi tipe vegetasi dengan
faktor-¬faktor lingkungan seperti elevasi, ketinggian, dan temperatur. Humbolt
juga dikenal sebagai tokoh geografi tumbuhan. Anton Kerner von Marilaun
(1831-1898) dikenal setelah dia menerbitkan hasil penelitiannya yang berjudul
Plant Life of the Danube Basin (1863), dengan tuntas ia menjelaskan pengertian
dari suksesi. August Grisebach (1814-1879) telah melakukan perjalanan yang luas
dan telah mendeskripsikan lebih dari 50 tipe-tipe vegetasi utama dalam term
fisiognomi modern. Ia menjelaskan hubungan distribusi tumbuhan dengan
faktor-faktor lingkungan. Tokoh biologi lain yang mempunyai kontribusi dalam
perkembangan ekologi tumbuhan adalah Oscar Drude (1890 dan 1896), Adolf Engler
(1903), George Marsh (1864), Asa Gray (1889) dan Charles Darwin yang terkenal
dengan bukunya Origin of Species.
Ekologi
tumbuhan berkembang dengan cepat setelah beberapa ahli botani juga tertarik
meneliti ekologi tumbuhan. Johannes Warming (1841-1924) berhasil mengidentikasi
2600 spesimen tumbuhan dan menulis sebuah buku tentang vegetasi (1982), dimana
di dalamnya diuraikan tentang geologi, tanah dan iklim, tipe-tipe vegetasi dan
komunitas, dominan dan subdominan, nilai adaptasi bermacam-macam life form,
pengaruh api terhadap komposisi komunitas dari suksesi serta fenologi dari
komunitas dan taxa. Andreas Franz Wilhelm Shimper (1856-1901) ahli botani Jerman,
ia menerbitkan buku yang berjudul Plant Geography on a Physiological Basis
(1898 dan 1903), sebagai pemula ekofisiologi. Selanjutnya Jozep Paczoski
(1864-1941) dan Leonid Ramensky (1884-1953) telah menulis hal-hal yang
berkenaan dengan fito-sosiologi dan fitocoenocis. Clinton Hart Merriam
(1855-1942) dari Universitas Columbia, juga telah melakukan ekspedisi yang
panjang dalam melakukan penelitian vegetasi dalam hubungannya dengan zona
elepasi. Ahli ekologiwan yang sangat terkenal Frederick Edward Clements (1874-1945)
besar sekali sumbangannya terhadap kemajuan Ekologi Tumbuhan. Pada tahun 1898
ia telah menerbitkan sebuah karya yang berjudul The Phytogeography of Nebraska.
Ia juga banyak menulis keadaan vegetasi di Amerika Utara, tentang formasi dan
suksesi, varian lokal dan lain-lain. Sejak tahun 1925, ekologi tumbuhan
terus berkembang dengan pesat, hal ini ter-jadi karena sumbangan yang sangat
besar dari para ekologiwan dari Eropa dan Amerika. Di antara ekologiwan
tersebut adalah Henry Gleason yang tahun 1926 dengan panjang lebar menulis
tentang asosiasi dan komunitas tumbuhan. Ekofisiologi telah dikembangkan
sekitar tahun 1940 dan 1950 an. Dari tahun 1940 an sampai 1970 an telah
pula mengembangkan sinekologi. Di Eropa, Christen Raunkier telah mengembangkan
klasifikasi life form dan metode sampling vegetasi. Tokoh yang juga besar
andilnya dalam pengembangan ekologi tumbuhan adalah Josias Braunn-Blanquet
(1884-1980) yang mengembangkan metode sampling komunitas, reduksi data, dan
nomenklatur asosiasi.
2.3 Pendekatan
dalam Ekologi tumbuhan
2.3.1
Sinekologi (Ekologi komunitas)
Sinekologi
berkembangan dari Geografi Tumbuhan, yang mengkaji pada tingkat komunitas.
Sinonim dari Sinekologi adalah Ekologi komunitas, Filososiologi, Geobotani,
Ilmu Vegetasi dan Ekologi Vegetasi. Sinekologi mengkaji komunitas tumbuhan
dalam hal:
- Sosiologi Tumbuhan, yaitu deskripsi dan pemetaan tipe vegetasi dan komunitas.
- Komposisi dan struktur komunitas
- Pengamatan dinamika komunitas, yang mencakup proses seperti transfer nutrien dan energi antar anggota, hubungan antagonistis dan simbiotis antara anggota, dan proses, dan suksesi (perubahan komunitas menurut waktu).
- Mencoba untuk mendeduksi tema evolusioner yang menentukan bentuk komunitas secara evolusioner.
Contoh
kajian sinekologi :
Mempelajari
kelompok organisme yang tergabung dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi
dalam daerah tertentu. Misalnya mempelajari struktur dan komposisi spesies
tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, atau di hutan payau, mempelajari pola
distribusi binatang liar di hutan alam, hutan wisata, suaka margasatwa, atau di
taman nasional, dan lain sebagainya.
2.3.2
Autekologi (Ekologi Spesies)
Bagian dari
ekologi tumbuhan yang mengkaji masalah adaptasi dan tingkah laku spesies atau
populasi dalam kaitannya dengan lingkungannya. Sub divisi dari autekolgi
meliputi demekologi (spesiasi), ekologi populasi dan demografi (pengaturan
ukuran populasi), ekologi fisiologi atau ekofisiologi, dan genekologi
(genetika).Autekologi mencoba untuk menjelaskan mengapa suatu spesies dapat
terdistribusi. Bagaimana sifat fenologi, fisiologi, morfologi dan tingkah laku
atau genetik dari suatu spesies yang sukses terus pada suatu habitat. Mereka
mencoba menggambarkan bagaimana pengaruh lingkungan pada tingkat populasi,
organismik dan sub organismik. Autekologi dapat bergerak ke dalam spesialisasi
lain di luar ekologi, seperti fisiologi, genetika, evolusi dan biosistematik.
Contoh
kajian autekologi :
- Mempelajari pertumbuhan jenis shorea leprosula dengan pengaruh intensitas cahaya.
- Mempelajari pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan jenis Pinus merkusi
- Selain itu mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme, perilaku, dan adaptasinya terhadap lingkungan. Misalnya mempelajari hubungan antara pohon Pinus merkusii dengan lingkungannya.
- mempelajari kemampuan adaptasi pohon merbau (Intsia palembanica) di padang alang-alang, dan lain sebagainya
Manusia
memandang alam dari sudut pandang manusia, yaitu antroposentrik. Manusia
menganggap alam diciptakan untuk kepentingan dirinya. Secara implisit bahwa
sudah sejak lama telah dibutuhkan bangun alam agar tercipta lingkungan yang
sesuai dengan kehidupan manusia. Ilmu dan tekhnologi diciptakan untuk menguasai
alam. Dengan pandangan antroposentrik yang disertai dengan keinginan taraf
hidup yang makin tinggi dan perkembangan ilmu dan teknologi yang amat pesat,
eksploitasi lingkungan semakin meningkat. Kecenderungan peningkatan itu
ditambah pula oleh anggapan adanya sumber daya umum yang dimiliki bersama atau
boleh dikatakan tidak ada yang memiliki. Oleh karena itu perlunya mempelajari
ilmu lingkungan hidup agar dapat menempatkan diri sesuai dengan porsinya di
dalam lingkungan yang harus kita jaga.
2.4 Manfaat
dan aspek terapan ekologi tumbuhan
2.4.1
Manfaat dan aspek terapan di bidang pertanian
Pemanfaatan
Pertanian Organik
Departemen
Pertanian Amerika Serikat pada tahun 1980 mengeluarkan definisi tentang
pertanian organik adalah suatu sistem produksi yang menghindarkan atau sebagian
besar tidak menggunakan pupuk sintetis, pestisida, hormon tumbuh, pakan ternak
tanpa zat additive. Tujuan yang utama dari pertanian organik adalah untuk
mendapatkan hasil yang setingi-tingginya. Jika kita kilas balik, Indonesia
pernah mengalami revolusi hijau dimana Indonesia berswasembada beras. Salah
satu input dari revolusi hijau adalah dikembangkannya varietas-varietas yang
berdaya hasil tinggi, tetapi memerlukan pupuk dalam jumlah yang besar.
Definisi
pertanian organik yang dikenal pada saat ini dikeluarkan oleh IFOAM dan
Departemen Pertanian Amerika Serikat. Menurut IFOAM (FAO,1998) tujuan, prinsip
dari pertanian organik dan prosesnya berdasarkan sejumlah prinsip penting dan
ide-ide, yaitu :
- Memproduksi makanan dengan gizi berkualitas tinggi
- Mengedepankan siklus biologis di dalam sistem pertanian, meliputi mikroorganisme, flora dan fauna tanah, ternak dan tanaman
- Menginteraksikan suatu kehidupan yang konstruktif dengan sistem dan siklus yang alami
- Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah dalam jangka panjang
- Memproduksi dan menggunkan air yang sehat dan menjaga air, sumber air dan kehidupannya
- Membantu konservasi tanah dan air
- Menggunakan sejauh mungkin, sumber daya lokal yang dapat diperbaharui yang dikelola dalam sistem pertanian
- Bekerja sejauh yang bisa dilakukan, dalam sistem tertutup yang menyediakan bahan organik dan unsur hara bagi tanaman
- Bekerja sejauh yang mungkin menggunakan bahan-bahan yang dapat didaur ulang yang berasal dari dalam maupun luar sisitem pertanian
- Meminimalkan semua bentuk polutan yang dihasilkan dari kegiatan pertanian yang dilakukan
- Mempertahankan keragaman genetik di dalam sistem pertanian dan disekitarnya, termasuk melindungi tanaman dan habitat liarnya
- Memberikan kondisi lingkungan yang aman dan nyaman bagi pekerja
- Memperhatikan pengaruh sosial dan ekologis dari sistem yang diterapka
- Menghasilkan produk non-pangan dari bahan-bahan yang dapat di daur ulang yang sepenuhnya dapat dihancurkan secara alami
- Memperkuat fungsi asosiasi pertanian organik
- Memajukan keseluruhan rantai pertanian yang bertanggung jawab secara sosial maupun ekologis
Keuntungan
yang diperoleh dari diterapkannya diversifikasi tanaman pada pertanian organik
adalah :
- Meningkatkan jumlah dan komposisi tanaman yang dipanen
- Meningkatkan stabilitas panen
- Mengurangi serangan penyakit
- Mengurangi pemakaian pestisida
- Mengontrol gulma
- Mengurangi erosi tanah
Dengan
sistem pertanian organik contohnya biofertilizer untuk membantu penyediaan
unsur hara bagi tanaman yakni dengan bantuan mikroba yang membantu dalam
ketersediaan hara dan mempercepat dekomposisi bahan organik (Rahmawati,2005).
2.4.2 Penerapan ekologi dalam bidang kehutanan
2.4.2 Penerapan ekologi dalam bidang kehutanan
Ovington
(1974) melaporkan bahwa lebih kurang setengah dari seluruh luas hutan didunia
(1.800 juta hektar) terletak dikawasan tropika. Dari seluruh kawasan hutan di
daerah tropika kira-kira seperempatnya (400 juta hektar) terletak diwilayah
Asia-Pasifik. Hampir seluruh hutan yang terdapat di kawasan Asia-Pasifik adalah
hutan alam, artinya, hutan yang tidak ditanam. Oleh karena itu, eksploitasi
hutan untuk keperluan perdagangan mula-mula terhalang oleh kesukaran menempuh
hutan tropika dan pengetahuan yang masih terbatas mengenai kekayaan hutan
tropika. Tetapi setelah pengetahuan serta kebutuhan kayu meningkat, produksi
kayu per hektar di kawasan Asia-Pasifik meningkat pula dengan sangat pesatnya.
Volume kayu yang ditebang dari kawasan ini semakin hari semakin besar, bahkan
sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan masa depan wilayah bekas hutannya.
Belum lagi ditambah oleh suatu kenyataan umum, bahwa kalau kita memerlukan
wilayah baru untuk pemukiman atau pertanian, wilayah hutan pulalah yang harus
menjadi korban. Terlebih-lebih dinegara yang padat penduduknya seperti di
negara kita ini, masa depan wilayah hutan itu memang jelas dapat diramalkan.
Hutan akan semakin habis, kecuali kalau ada usaha untuk melakukannya.
Maka dari itu, pelestarian atau pengawetan hutan dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
- Memperbaiki klasifikasi lahan hutan melalui klasifikasi ulang beberapa daerah seperti hutan lindung, dengan tujuan untuk menetapkan kawasan lindung yang mewakili semua jenis habitat di Indonesia dan melindungi daerah unik yang kerusakannya relatif rendah, sedemikian rupa sehingga regenerasi alami dapat berlangsung.
- Melakukan pengelolaan hutan
secara berkelanjutan merupakan proses mengelola lahan hutan permanen untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan, yang dikaitkan dengan produksi hasil
dan jasa hutan secara terus menerus dengan mengurangi dampak lingkungan
fisik dan sosial yang tidak diinginkan.Pengelolaan hutan berkelanjutan
sebagai bentuk pengelolaan hutan yang memiliki sifat ‘hasil yang lestari’,
ditunjukkan oleh terjaminnya keberlangsungan fungsi produksi hutan, fungsi
ekologis hutan dan fungsi sosial-ekonomi-budaya hutan bagi masyarakat
lokal.
Keuntungan dari pengelolaan hutan berkelanjutan adalah :
a)
Hasil yang terus mengalir dan berkelanjutan dalam bentuk kayu dan hasil serta
hasil hutan lainnya
b)
Mempertahankan keanekaragaman hayati yang tinggi dalam konteks perencanaan tata
guna lahan terpadu yan meliputi jaringan kawasan lindung dan kawasan konservasi
c)
Mempertahankan ekosistem hutan yang stabil
- Mengadakan reboisasi
Reboisasi
bertujuan untuk menghutankan kembali kawasan hutan kritis di wilayah daerah
aliran sungai (DAS) yang dilaksanakan bersama masyarakat secara partisipatif.Kegiatan
utamanya adalah penanaman kawasan hutan dengan tanaman hutan dan tanaman
kehidupan yang bermanfaat yang dilaksanakan secara partisipatif oleh masyarakat
setempat. Penanaman ini bertujuan untuk meningkatkan tingkat penutupan lahan
yang optimal sekaligus memberi manfaat bagi masyarakat setempat sehingga
tercipta keharmonisan antara hutan dan masyarakat. Dengan reboisasi dan
penghijauan lahan, laju evapotranspirasi dan air simpanan meningkat. Reboisasi
dan penghijuan yang berhasil akan menurunkan aliran air permukaan tetapi
sekaligus meningkatkan air simpanan dalam tanah. Namun kenyataan yang ada
rebosisasi dan penghijauan seringkali tidak hanya menurunkan aliran air tetapi
juga mengurangi air simpanan, karena adanya evapotranspirasi dan intersepsi oleh
tajuk hutan. Apabila reboisasi dan penghijauan yang hanya menanam pohon yang
tinggi tanpa memperhatikan adanya tumbuhan bawah dan serasah justru akan
menaikkan erosi. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penghijauan dan reboisasi
sebaiknya memperhatikan sebagai berikut:
a)
pohon yang dipilih mempunyai ujung penetes yang sempit
b)
ada tumbuhan bawah dan serasah, tumbuhan bawah dapat berupa rumput
- Rehabilitasi lahan kritis
Penetapan
lahan kritis ini mengacu pada definisi lahan kritis yang ditetapkan sebagai
lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga kehilangan atua berkurang
fungsinya sampai pada batas toleransi. Sasaran rehabilitasi adalah lahan-lahan
kritis di kawasan hutan. Rehabilitasi lahan adalah usaha memperbaiki
,memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi lahan yang rusak agar dapat
berfungsi secara optimal. Baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air
maupun sebagai unsur perlindungan alam dan lingkungannya. Konservasi lahan
adalah pengelolaan lahan yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk
menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara serta meningkatkan
kualitas keanekaragaman dan nilainya.
- Pengelolaan hutan berdasarkan penerapan system agroforestry
Pengelolaan
kehutanan terdapat berbagai struktur sistem agroforestri sehingga terdapat
bermacam bentuk antara lain :
- agrisilvikultur
- silvopastur
- silvofisheri
- hutan serbaguna
- (Farm forestry) kebun campuran atau multipurpose forest tree production system.
- Agrisilvikultur adalah suatu bentuk agroforestri yang merupakan campuran kegiatan kehutanan dengan pertanian lainnya. Tumpangsari merupakan istilah yang banyak digunakan di Perhutani yaitu cara pengelolaan hutan yang memperbolehkan petani membudidayakan tanaman pangan seperti padi, jagung, kacangtanah, kedelai, kentang, kol di lahan kawasan hutan disamping tanaman pokok kehutanan (Jati, Pinus, Damar, Sonokeling dan Mahoni).
- Silvopastur merupakan bentuk agroforestri dengan campuran kegiatan kehutanan dengan peternakan yaitu lahan diantara tegakan pohon hutan ditanami rerumputan atau hijauan pakan ternak dalam waktu bersamaan. Silvofisheri adalah bentuk agroforestri dengan campuran kegiatan kehutanan didaerah pantai (hutan payau) dengan perikanan. Di sini petani tambak membudidayakan ikan (udang atau bandeng) sekaligus menghutankan kembali dan merehabilitasi hutan payau.
- Hutan serbaguna merupakan bentuk agroforestri dengan campuran kegiatan kehutanan dengan tanaman pangan, peternakan, tanaman obat, pemeliharan lebah madu, pemeliharaan ulat sutera, wisata, pendidikan (perkemahan) dan latihan militer.
- Kebun campuran (Farm Forestry atau multipurpose forest tree production system) yang merupakan campuran kegiatan pertanian (berbagai jenis tanaman) dengan penanaman pohon di luar kehutanan (pohon bukan merupakan tanaman utama) antara lain seperti pekarangan atau talun. (Yani,2010)
Pengaruh
negatif pohon yang merupakan kendala sistem agroforestri antara lain:
I.
Terjadi kompetisi akan cahaya antara pohon dan tanaman sela
II.
Kompetisi akan air dan unsur hara antara pohon dan tanaman sela
III.
Pepohonan dapat menjadi inang hama atau penyakit bagitanaman semusim.
pengaruh
negatif pohon terhadap tanaman semusim dapat dikurangi antara lain : dengan
pemangkasan pohon secara teratur, memilih pohon bertajuk tidak melebar,
mengatur jarak pohon, menanam tanaman tahan naungan atau memilih pohon yang
berakar dalam. Sistem agroforestri dapat berjalan seperti yang diharapkan
(produksi atau pendapatan) apabila cahaya cukup tersedia. Namun demikian, tajuk
pohon seringkali menghalangi cahaya yang seharusnya diterima oleh tanaman
budidaya. Di sisi lain, naungan menguntungkan bagi faktor tanah, karena
peneduhan oleh tajuk pohon mencegah terpaan hujan dan cahaya langsung pada
permukaan tanah sehingga degradasi sifat fisik tanah dan laju oksidasi bahan
organik di lapisan atas terhambat.
2.4.3
Penerapan ekologi dalam bidang perkembangan wilayah perkotaan
Kota
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap lingkungan fisik. Duckworth dan
sandberg (1954) mencatat adanya penelitian yang sudah lama mengenai kesan suhu
udara kota yang lebih panas dari lingkungan disekelilingnya, seolah-olah sebuah
“pulau panas” yang terapung diatas media yang lebih dingin. Penelitian
selanjutnya menunjukkan, bahwa suhu udara maksimum di sebuah kota biasanya
dicapai didaerah padat penduduk yang merupakan pusat kota yang terpanas. Yang
terendah suhunya dicapai di tepi kota yaitu di pinggir “pulau panas” tadi.
Kesan “pulau panas” terhadap wilayah di tepi kota bergantung pada berapa besar
dan luasnya kota itu. Kota merupakan salah satu lingkungan hidup yang perlu
ditata pola penyebaran tamanya. Penataan taman diperkotaan tidak asal jadi,
tetapi tujuan penyebaran tamannya harus jelas. Hal ini dimaksudkan bahwa
penempatan lokasi luas taman, keelengkapan sarana dan prasarana taman sesuai
dengan kebutuhan standart kota. Apabila luas taman kota dan jumlah taman
seimbang maka tercipta kota yang asri dan berwawasan lingkungan. Suatu kota
dapat dipandang dari paham biologisme atau suatu jaringan utuh yang terdiri
atas dua subsistem yaitu city’s hardware atau jasmani kota dan city’s soft ware
atau rohani kota.
Untuk membentuk kota yang asri dan mengurangi suhu panas dalam kota maka diperlukan peranan sebagai berikut :
Untuk membentuk kota yang asri dan mengurangi suhu panas dalam kota maka diperlukan peranan sebagai berikut :
- a. Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka
hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi
sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota,
kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan
olahraga, kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau diklasifikasi
berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan struktur vegetasinya.
Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan
ruang terbuka hijau di Wilayah Perkotaan, Ruang terbuka hijau adalah
ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk
area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana di dalam
penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam ruang
terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau
tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan
pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.
- b. Hutan Kota
Hutan kota
adalah ruang terbuka yang ditumbuhi vegetasi berkayu di wilayah perkotaan.
Hutan kota memberikan manfaat lingkungan sebesar-besarnya kepada penduduk
perkotaan, dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika, rekreasi dan kegunaan
khusus lainnya. Hutan kota merupakan bentuk persekutuan vegetasi pohon yang
mampu menciptakan iklim mikro dan lokasinya di perkotaan atau dekat kota. Hutan
di perkotaan ini tidak memungkinkan berada dalam areal yang luas. Bentuknya
juga tidak harus dalam bentuk blok, akan tetapi hutan kota dapat dibangun pada
berbagai penggunaan lahan. Oleh karena itu diperlukan kriteria untuk menetapkan
bentuk dan luasan hutan kota. Kriteria penting yang dapat dipergunakan adalah
kriteria lingkungan. Hal ini berkaitan dengan manfaat penting hutan kota berupa
manfaat lingkungan yang terdiri atas konservasi mikroklimat, keindahan, serta
konservasi flora dan kehidupan liar. Kehadiran pohon dalam lingkungan kehidupan
manusia, khususnya diperkotaan, memberikan nuansa kelembutan tersendiri.
Perkembangan kota yang lazimnya diwarnai dengan aneka rona kekerasan, dalam
arti harfiah ataupun kiasan, sedikit banyak dapat dilunakkan dengan elemen
alamiah seperti air (baik yang diam-tenang maupun yang bergerak-mengalir) dan
aneka tanaman (mulai dari rumput, semak sampai pohon) (Budihardjo, 1993). Dalam
pelaksanaan pembangunan hutan kota dan pengembangannya, ditentukan berdasarkan
pada objek yang akan dilindungi, hasil yang dicapai dan letak dari hutan kota
tersebut. Berdasarkan letaknya, hutan kota dapat dibagi menjadi lima kelas
yaitu :
1)
Hutan Kota Pemukiman, yaitu pembangunan hutan kota yang bertujuan untuk
membantu menciptakan lingkungan yang nyaman dan menambah keindahan dan dapat
menangkal pengaruh polusi kota terutama polusi udara yang diakibatkan oleh
adanya kendaraan bermotor yang terus meningkat dan lain sebagainya di wilayah
pemukiman.
2)
Hutan Kota Industri, berperan sebagai penangkal polutan yang berasal darilimbah
yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan perindustrian, antara lain limbah padat,
cair, maupun gas.
3)
Hutan Kota Wisata/Rekreasi, berperan sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan
rekreasi bagi masyarakat kota yang dilengkapi dengan sarana bermain untuk
anak-anak atau remaja, tempat peristirahatan, perlindungan dari polutan berupa
gas, debu dan udara, serta merupakan tempat produksi oksigen.
4)
Hutan Kota Konservasi, hutan kota ini mengandung arti penting untuk mencegah
kerusakan, memberi perlindungan serta pelestarian terhadap objek tertentu, baik
flora maupun faunanya di alam.
5)
Hutan Kota Pusat Kegiatan, hutan kota ini berperan untuk meningkatkan
kenyamanan, keindahan, dan produksi oksigen di pusat-pusat kegiatan seperti
pasar, terminal, perkantoran, pertokoan dan lain sebagainya. Di samping itu
hutan kota juga berperan sebagai jalur hijau di pinggir jalan yang berlalulintas
padat.
Mengenai
luasan dan persentase adalah bahwa luas hutan kota dalam suatu hamparan yang
kompak paling sedikit 0,25 (dua puluh lima per seratus) hektar (pasal 8 ayat
2), sedangkan mengenai persentase luas hutan kota paling sedikit 10 % (sepuluh
per seratus) dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi
setempat (pasal 8 ayat 3) (PP No. 63 tahun 2002).
Bentuk hutan
kota
a)
Jalur Hijau. Jalur Hijau berupa peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat
listrik, di tepi jalan kereta api, di tepi sungai, di tepi jalan bebas
hambatan.
b)
Taman Kota. Taman Kota diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata
sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia,untuk
mendapatkan komposisi tertentu yang indah.
c)
Kebun dan Halaman. Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya
dari jenis yang dapat menghasilkan buah.
d)
Kebun Raya, Hutan Raya, dan Kebun Binatang. Kebun raya, hutan raya dan kebun
binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota. Tanaman dapat
berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain baik dalam negeri maupun
luar negeri.
e)
Hutan Lindung, daerah dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasan hutan
karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang rawan akan abrasi
air laut.
Fungsi Hutan
Kota
- Nilai Estetika
Komposisi
vegetasi dengan strata yang bervariasi di lingkungan kota akan menambah nilai
keindahan kota tersebut. Bentuk tajuk yang bervariasi dengan penempatan
(pengaturan tata ruang) yang sesuai akan memberi kesan keindahan tersendiri.
Tajuk pohon juga berfungsi untuk memberi kesan lembut pada bangunan di
perkotaan yang cenderung bersifat kaku. Suatu studi yang dilakukan atas
keberadaan hutan kota terhadap nilai estetika adalah bahwa masyarakat bersedia
untuk membayar keberadaan hutan kota karena memberikan rasa keindahan dan
kenyamanan.
- Penyerap Karbondioksida (CO2)
Hutan
merupakan penyerap gas karbon dioksida yang cukup penting, selain dari
fito-plankton, ganggang dan rumput laut di samudera. Dengan berkurangnya
kemampuan hutan dalam menyerap gas ini sebagai akibat menyusutnya luasan hutan
akibat perladangan, pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun hutan kota
untuk membantu mengatasi penurunan fungsi hutan tersebut. Cahaya matahari akan
dimanfaatkan oleh semua tumbuhan, baik hutan kota, hutan alami, tanaman
pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah
gas karbon dioksida dengan air menjadi karbohidrat (C6H12O6) dan oksigen (O2).
Proses kimia pembentukan karbohidrat (C6H12O6) dan oksigen (O2) adalah 6 CO2 +
6 H2O + Energi dan klorofil menjadi C6H12O6 + 6 O2. Proses fotosintesis sangat
bermanfaat bagi manusia. Pada proses fotosintesis dapat menyerap gas yang bila
konsentarasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan serta akan
mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak proses fotosintesis menghasilkan
gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan. Jenis tanaman yang
baik sebagai penyerap gas Karbondioksida (CO2) dan penghasil oksigen adalah
damar (Agathis alba), daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), lamtoro gung
(Leucaena leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis), dan beringin (Ficus
benjamina). Penyerapan karbon dioksida oleh hutan kota dengan jumlah 10.000
pohon berumur 16-20 tahun mampu mengurangi karbon dioksida sebanyak 800 ton per
tahun.
- Pelestarian Air Tanah
Sistem
perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan mengurangi
tingkat erosi, menurunkan aliran permukaan dan mempertahankan kondisi air tanah
di lingkungan sekitarnya. Pada musim hujan laju aliran permukaan dapat
dikendalikan oleh penutupan vegetasi yang rapat, sedangkan pada musim kemarau
potensi air tanah yang tersedia bisa memberikan manfaat bagi kehidupan di
lingkungan perkotaan. Hutan kota dengan luas minimal setengah hektar mampu
menahan aliran permukaan akibat hujan dan meresapkan air ke dalam tanah
sejumlah 10.219 m3 setiap tahun.
- Penahan Angin
Hutan kota
berfungsi sebagai penahan angin yang mampu mengurangi kecepatan angin 75 – 80
%. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam mendesain hutan kota untuk
menahan angin adalah sebagai berikut :
- Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman yang memiliki dahan yang kuat.
a)
Daunnya tidak mudah gugur oleh terpaan angin dengan kecepatan sedang
b)
Memiliki jenis perakaran dalam.
c)
Memiliki kerapatan yang cukup (50 – 60 %).
d)
Tinggi dan lebar jalur hutan kota cukup besar, sehingga dapat melindungi
wilayah yang diinginkan.
- Penanaman pohon yang selalu hijau sepanjang tahun berguna sebagai penahan angin pada musim dingin, sehingga pada akhirnya dapat menghemat energi sampai dengan 50 persen energi yang digunakan untuk penghangat ruangan pada pemakaian sebuah rumah. Pada musim panas pohon-pohon akan menahan sinar matahari dan memberikan kesejukan di dalam ruangan.
2.4.4
Penerapan ekologi dalam bidang perairan
Taman
pengelolaan limbah
Budidaya air
untuk keperluan makanan, melibatkan ekosistem yang sangat berbeda dengan
budidaya untuk keperluan pemancingan. Yang pertama didasarkan atas rantai makanan
yang pendek, ditopang oleh banyak masukan pupuk, pakan, benih dari tempat
pembenihan dan energy kerja. Salah satu penerapan yang efisien adalah menampung
buangan dari jenis-jenis tertentu dari limbah organik rumah tangga dan industri
yang mengalir melalui serangkaian kolam, dapat menyediakan subsidi energi untuk
jenis-jenis ikan, molusca, crustacea, dan organisme lain yang telah beradaptasi
dan dapat menghasilkan makanan untuk manusia atau binatang, atau produk berguna
lainnya. Budi daya air yang diatur secara demikian dapat membantu mengubah
polusi menjadi sebuah sumber daya.
KESIMPULAN
- Ekologi berasal dari bahasa Yunani “Oikos” (rumah tangga) dan “logos” (ilmu). Secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup.
- Ekologi merupakan disiplin ilmu baru dari biologi yang merupakan mata rantai fisik dan proses biologi serta bentuk-bentuk yang menjembatani antarailmu alam dan ilmu sosial (Odum, 1983)
- Tujuan mempelajari ekologi tanaman adalah agar kita mengetahui teknik dan cara yang tepat untuk memanfaatkan apa yang ada di dunia ini dengan sebaik-baiknya. Karena sesungguhnya Allah telah memberi peluang kepada kita melalui hasil ciptaannya. Namun, tentunya kita juga perlu menjaga lingkungan (hasil ciptaannya) sebagai wujud rasa syukur kepada-Nya
- Menurut Ernest Haeckle ekologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi alam, suatu kajian hubungan anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya. Menurut C. Elton (1927) ekologi adalah ilmu yang mengkaji sejarah alam atau perkehidupan alam (natural history) secara ilmiah,
- Sinekologi mengkaji hubungan antara 2 spesies atau lebih terhadap lingkungannya contohnya mengkaji populasi kijang dilingkungannya
- Autekologi mengkaji hubungan antara 1 spesies terhadap lingkungannya contohnya mempelajari pertumbuhan jenis shorea leprosula dengan pengaruh intensitas cahaya.
- Terapan yang dapat dilakukan sebagi implementasi ilmu ekologi tumbuhan diantaranya melalui : Pemanfaatan Pertanian Organik ,Penerapan system agroforestry, Ruang Terbuka Hijau, Hutan Kota, Taman pengelolaan limbah
1 komentar:
terimaksih, hehe sya suka bacanya. Ada referensi Al-qurannya.
Posting Komentar